Langsung ke konten utama

Mencari Arya Penangsang bagian 3

Selamat dini hari, semoga tidak jenuh dengan postingan saya terkait babad Tanah Jawi khususnya tentang ketokohan Arya Penangsang.
Saya tetap mengharapkan tanggapan anda dengan apa yang saya tulis.. entah koreksi maupun konfirmasi. Saya menghargai anda berapresiasi.
Bismillah, saya mulai.....
Latar belakang saya adalah seorang sarjana seni khususnya drama. Pada setiap pemeranan dalam sebuah lakon yang saya mainkan selalu detail mengamati tentang karakter. Ya termasuk psikologi, sosiologi dan sebagainya.. untuk itu tidak heran jika saya tidak menelan mentah2 karakter suatu tokoh tanpa mencari beberapa bukti dan sebab.
Baik, langsung saja... kita akan membahas Bupati Jipang Panolan yang berwatak keras.. temperamental, penuh amarah dan pendendam.. okay.. berpuluh orang beranggapan ia adalah tokoh antagonis. Tidak jadi apa. Memang itulah yang sering kota baca dan kita lihat d kethoprak pada umumnya. Namun ketika saat ini saya menulis lakon Arya Penangsang Gugur, ada sebuah gelitikan yang luar biasa.. kenapa ia menjadi se-antagonis ini.. ada apa? Beberapa alasan memang sudah saya ungkap d postingan saya yang pertama. Kali ini saya akan menyampaikan poinnya saja.
1. Ia sangat dendam dg sunan Prawata (mantan raja Demak) karena membunuh ayahnya sewaktu masih d kandungan
2. Menuntut hak atas demak yang seharusnya menjadi hak Suryawiyata/pangeran sekar (ayah penangsang) tp karena sesuatu hal malah diduduki oleh sultan Trenggana. Prawata sendiri adalah anak sultan Trenggana.
Lalu apa yang menjadikan ia juga benci dengan hadiwijaya?  Penangsang dan juga sunan kudus memiliki anggapan yang sama,bahwa Hadiwijaya atau jaka tingkir ini tidak berhak karena hanya menantu dr Prawata. Seharusnya dikembalikan ke garis keturunan yang sah, yaitu Penangsang.

Lepas dari itu muncul pertanyaan,mengapa sunan Kudus mendukung Penangsang.?  Ya mungkin satu-satunya jawaban adalah sunan Kudus menyampaikan kebenaran atas hak Penangsang. Rupanya alasan ini belum cukip kuat. Saya mencoba menggali lagi.. dan wowww menemukan alasan lain mengapa Sunan Kudus begitu hectic ini.

Perlu kawan2 ketahui, Brongot Setan Kober adalah keris pusaka andalan Penangsang. . Pemilik awal adalah prabu Sekar, yap ayah dr Penangsang.. dpat diketahui Brongot Setan Kober adalah warisan temurun yang dulunya dibuat dari tusuk konde Nyai Sunan Kudus.
Singkatnya, dulu sebelum Penangsang lahir,  pusaka ini hanya diketahui oleh Sunan Kudus, Nyai Sunan Kudus, dan tentu saja Prabu Sekar.. Prawata yang saat tau jika ayahnya akan dibunuh oleh Prabu Sekar, menjalankan siasat agar mendapatkan pusaka itu. Ia tanpa ragu mengajak Nyai Sunan Kudus untuk selingkuh, alih2 sangat mencintainya, prawata berhasil membujuk Nyai Kudus untuk menunjukkan tempat disimpannya pusaka itu. Setelah didapatkan tentu sja segera digunakan untuk membunuh Prabu Sekar.

Sudahkah anda dapat menyimpulkan mengapa Sunan Kudus tidak simpatik dan cenderung benci ke Prawata? Pada akhirnya mendukung semua yang dilakukan Penangsang?

Jika pementasan ini nantinya dapat digelar, mungkin akan memasuki genre tragedi, bukan kepahlawanan atas Hadiwijaya. .. bukan.. sekali lagi ini adalah menurut saya,  Arya adalah korban dr semua ini. Dia berjuang untuk dirinya namun malah naas pada akhirnya...

Rahayu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LUSANDRA Trenggalek

TEATER TRADISIONAL KABUPATEN TRENGGALEK “KESENIAN LUSANDRA” SEJARAH PERKEMBANGAN Trenggalek adalah kota yang terletak di bagian pesisir selatan dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Ponorogo, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Tulungagung, sebelah selatan berbatasan dengan pantai selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Pacitan. Dengan kurang lebih 700.000 jiwa penduduknya, sebagian besar mata pencahariannya adalah sebaagai petani dan nelayan, maka tak dapat dipungkiri bahwa hal ini mempengaruhi banyaknya berbagai kesenian yang lahir bersumber dari kebutuhan spiritual hingga keperluan hiburan. Trenggalek memiliki kesenian yang cukup beragam, yaitu: ü   Bidang seni suara: o    Macapat (biasanya kegiatan ini dilakukan oleh para sesepuh pada malam hari saat kelahiran bayi sebagai penolak bala semalam suntuk secara bergantian oleh sesepuh satu ke sesepuh yang lain. Hal ini terus dilakukan hingga bayi menginjak usia 7 mala

warta palastra

Kabeh ing donya iki digarisne karo Kang Kuwasa mesti gegandhengan, ora bisa pisah dadi ijen, dhewekan. ana ireng mesti ana putih ana apik ana ala susah - seneng lanang - wadon sugih - mlarat menang - kalah adoh - cedhak awan - wengi dawa - cendhek mulya - durja URIP - PATI وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَإِلَى اللَّهِ  تُرْجَعُ الْأُمُ ورُ "lan kabeh kagungane Gusti Alloh, sing ana ing bantala  (bumi) lan ing angkasa, samubarang kabeh bakal balik ing  ngarsane Gusti Alloh." كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ   " kabeh kang duweni sukma (nyawa) bakal  ngrasaake pati. Lan sejatine amung ing dina  kiyamat disampurnaake pahalamu. Lan sapa  wae sing diadohake klawan neraka lan den  lebokne ing swarga, mangka untu